Slank The Movie Film Slank Nggak Ada Matinya, Film ketiga SLANK
Film SLANK
Nggak Ada Matinya
Catatan
Produser – Chand Parwez Servia
Butuh
waktu lebih dari 5 tahun untuk film SLANK Nggak Ada Matinya ada. Diawali ketika
tahun 2007 SLANK mengisi musik film Get Married, melalui beberapa diskusi kita
merencanakan release film SLANK The Movie di akhir tahun 2008, menyambut 25 tahun
SLANK. Tapi Allah SWT selalu memberikan jalannya secara unik dan tidak terduga.
Ketika 2 tahun lalu SLANK mengisi musik Get Married 3, kembali Fajar Bustomi
asisten Hanung Bramantyo di Get Married pertama, yang menggarap video clip
Pandangan Pertama saya minta membuat clip Cubit Cubitan, sebagai soundtrack Get
Married 3. Pada kesempatan itu rencana tertunda kembali dibahas.Sebagai
Slanker, Fajar Bustomi berperan sebagai katalisator yang ideal hingga ide yang
sempat tertangguhkan kembali on fire, bergulir kencang. Periode 2 tahun, dari
2011 sampai menjelang Idul Fitri 2013 adalah periode riset, wawancara dan
menyusun penceritaan paling efektif untuk konsep film bagi para Slankers,
termasuk penonton yang belum mengenal SLANK di Indonesia maupun internasional.
Cassandra
sebagai penulis skenario secara intens bertemu dengan Slank. Akhirnya kita
sepakati bahwa sisi humanisme dan jatuh bangun emosi personal SLANK yang perlu
divisualisasikan, karena belum diketahui masyarakat padahal justru memiliki
nilai inspiratif. Tapi, kemasannya bagaimana? Apakah dibuat fun atau dark?
Akhirnya kita sepakat untuk membuat film tentang grup band yang bangkit lebih
kokoh dengan personil barunya, Ridho dan Abdee, secara ringan, menghibur dan
aman sebagai tontonan keluarga.
Bagaimana
2 personil baru SLANK berkolaborasi dengan Bimbim, Kaka dan Ivanka secara
kreatif hingga jadi Formasi ke-14 SLANK ini mengeluarkan album ke-7 yang sukses
tahun 1998, dan mereka tetap berkarya dengan hati hingga kini.
Formasi
ini dengan kehidupan rock n’ rollnya sebagai grup band yang solid, kompak dan
hangat, mulai bermasalah karena Bimbim, Kaka dan Ivan pengguna drugs. Di
sinilah peran Bunda Iffet sebagai seorang ibu sekaligus manajer, dan 2 orang
sahabat menjadi sangat penting dalam memberikan dukungan agar mereka terbebas
dari julukan junkies. Film yang memecahkan 2 rekor, sebagai film paling banyak
lagunya dan figurannya yang mencapai 20.000 orang lebih ini jadi sangat
mengharukan, saat Bimbim, Kaka dan Ivan berjuang untuk lepas dari drugs.
Sehingga SLANK Nggak Ada Matinya lengkaplah sebagai tontonan menghibur
sekaligus tuntunan. SLANK Nggak Ada Matinya menjadi film penting untuk
ditonton, karena bermanfaat untuk ilustrasi segenap keluarga.
Membuat
film SLANK yang penggemarnya mencapai lebih dari 30 juta, sepertinya berkah dan
dimudahkan realisasinya. Padahal begitu kompleks ceriteranya, tentang
perjalanan kreatifitas grup musik, tentang keluarganya, tentang romantisme
percintaannya, juga tentang kepedulian sosial politik yang mengantar mereka
terbebas dari drugs, ketika mereka turut bereformasi menyongsong millennium
baru. Satu hal yang mudah diucapkan, tetapi berat dilakukan adalah menjalani
rehab itu sendiri. Tetapi keberhasilan itulah yang mengantar SLANK berkiprah di
berbagai belahan dunia, diawali dari Jepang.
Film
SLANK Nggak Ada Matinya tidak akan terealisasi tanpa dukungan keluarga besar
SLANK, karena film yang dibuat berdasarkan kisah nyata butuh kehati-hatian,
apalagi yang mengalaminya masih ada dan turut mengikuti proses kreatif dari
sejak penulisan skenario, produksi, editing hingga post produksinya. Periode 1997
sampai dengan 2000 memang jadi fokus ceritera, tetapi di situlah tinggal landas
SLANK hingga kini berusia 30 tahun, dan film SLANK Nggak Ada Matinya juga
menjadi momentum album SLANK ke 20, juga novel yang akan ditulis Moammar Emka. Dukungan
diberikan untuk film SLANK Nggak Ada Matinya di antaranya dari Jokowi, Mahfud
MD, Hermawan Kartajaya, Iwan Fals, Sherina Munaf, Giring Nidji, Noah Band,
Adrie Subono, Ustad Solmed, dan Marshanda, yang bisa dilihat di
http://www.youtube.com/watch?v=aNATDBm12SY juga begitu banyak
pemain
yang relatif padat skedulnya turut berpartisipasi untuk sukses karya ini, di
antaranya : Adipati Dolken, Ricky Harun, Aaron Ashab, Ajun Perwira, Deva
Mahenra, Meriam Bellina, Olivia Jensen, Mikha Tambayong, Sahila Hisyam, Alisia
Rininta, Kirana Larasati, Chika Jessica, Jessica Mila, Bimbim Slank, Kaka Slank,
Ivanka Slank, Ridho Slank, Abdee Slank, Bunda Iffet, Nadine Alexandra, Ringgo
Agus Rahman, Deddy Mahendra Desta, Ingrid Widjanarko, Epy Kusnandar, Piyu,
Ustad Yusuf Mansur, Poppy Sovia, Tora Sudiro, 1 Angelica Simperler, Eza
Gionino, The Changcuters, Hanung Bramantyo, dll.
Editing
ditangani oleh Cesa David luckmansyah yang seperti Fajar Bustomi, adalah
Slankers sejati, juga Khikmawan Santosa yang menjadi sound designer-nya. Musik
pastinya dikerjakan oleh SLANK! Inilah film keluarga di penutup tahun 2013 yang
Insya Allah menghibur dan bermanfaat! Saksikan mulai 24 Desember 2013 serentak
di seluruh bioskop di tanah air.
Catatan SLANK
SLANK
sebagai musisi dan pemilik rights cerita film SLANK Nggak Ada Matinya, sudah
terlibat sejak awal ide tercetus hingga saat mengkonsepkan jalan cerita maupun
turut merevisi beberapa isi skenario agar menjadi seperti aslinya, karena
menurut Abdee, cerita yang kuat akan menghasilkan film yang bermutu. Tidak
hanya pada konsep awal saja, tetapi SLANK meminjamkan wardrobe pribadi dan
peralatan musik milik masing-masing personil serta turut terlibat saat shooting
dengan memberi masukan di lapangan agar film ini terlihat nyata seperti
kejadian sebenarnya. Yang menarik SLANK malah menjadi cameo di beberapa adegan
film dengan menjadi tokoh pilihan masing-masing personil, dan beradu akting
dengan para pemain tokoh SLANK 'kw'.
Selain
keterlibatan tersebut diatas, sudah pasti untuk seluruh penggarapan musik pada
film ini SLANK memegang kendali penuh dengan telah membuat scoring, pemilihan
lagu untuk tiap-tiap adegan maupun mengaransemen lagu-lagu lama sehingga
terdapat sebanyak 40 lagu SLANK yang digunakan pada film ini, termasuk lagu
pada Album baru : Slank Nggak Ada Matinya yang menjadi theme song film.
Sebuah
lagu berjudul : O Renny yang pernah diciptakan oleh Bimbim saat SLANK rekaman
di Labuan Banten tahun 1999 tidak pernah direkam dan diedarkan dalam album
SLANK manapun, akan menjadi hal yang sangat ekslusif karena hanya dapat disimak
pada film ini saja. SLANK sangat bersyukur telah bekerjasama dalam film ini
dengan orang-orang yang bertalenta tinggi mulai dari para pemain, sutradara,
penulis cerita, tim pendukung film dan khusus pihak Starvison yang telah sangat
mendukung terwujudnya film Slank Nggak Ada Matinya sebagai film yang
inspiratif, berseni tetapi tetap tidak meninggalkan sisi komersial.
Pada
akhirnya SLANK berharap film ini dapat diterima masyarakat karena sesuai
cita-citanya yang selalu ingin menyebarkan virus perdamaian ke seluruh dunia,
serta seperti quote Bimbim yang ingin mewujudkan film ini menjadi : The Best
Rock n' Roll Movie Ever.!
Catatan Sutradara –
Fajar Bustomi
30
tahun perjalanan Band SLANK bukanlah waktu yang singkat. Dalam kurun waktu 3
dekade itu, SLANK telah mengalami perjalanan yang berliku-liku, ada kisah-kisah
sedih, lucu, inspiratif dan banyak juga kisah-kisah kelam yang terjadi. SLANK
saat ini telah menjadi sebuah band Rock n Roll yang legendaris di Indonesia.
Pada
saat saya diajak untuk membuat film ini dalam rangka ulang tahun SLANK yang ke
30, saya menyadari bahwa mengangkat perjalanan 30 tahun SLANK menjadi sebuah
film berdurasi 100 menit merupakan tantangan tersendiri. Pemilihan cerita
haruslah tepat dan hati-hati agar film ini tetap informatif dan menghibur,
serta layak ditonton baik oleh Slankers ataupun para pecinta film di Indonesia.
Setelah
melalui observasi dan riset, akhirnya saya memutuskan untuk menceritakan kisah
SLANK pada periode akhir tahun 1996 hingga tahun 2000. Mengapa ? Karena saya
melihat pada masa ini merupakan masa-masa dimana SLANK mengalami sebuah titik
balik yang mengubah SLANK hingga menjadi Band yang solid seperti sekarang ini.
Ada
dua hal yang menarik di dalam periode ini, yang pertama adalah : Masuknya Bunda
Iffet sebagai manajer SLANK. Ini merupakan hal yang sangat unik dan mungkin
tidak bisa ditemukan di Band-band Rock n Roll di dunia. Tidak pernah ada
ceritanya sebuah Band Rock yang dimanajeri oleh Ibunya, dan mereka sangat
bangga.
Yang
kedua : Bergabungnya Abdee dan Ridho sebagai personel SLANK formasi yang ke 14.
Dimana saya melihat, mereka sebagai musisi yang bersih dari narkoba, harus
berada ditengah-tengah Band yang saat itu benar-benar tergantung pada narkoba.
Abdee dan Ridho dengan segala upaya mereka berusaha mempertahankan SLANK agar
tidak bubar sekaligus mereka bersama-sama Bunda Iffet, mendukung Bimbim, Kaka
dan Ivan untuk bisa bersih dari narkoba.
Saya
sangat bersyukur sekali bahwa film SLANK Nggak Ada Matinya tidak hanya didukung
oleh para pemain yang aktingnya bisa saya banggakan, tetapi juga didukung oleh
puluhan ribu Slankers yang hadir pada saat shooting film ini. Selain itu, dari
segi scoring juga akan menampilkan banyak lagu-lagu hits dari album SLANK yg
pertama hingga album terbaru yang ke 20, dimana saya yakin sangat familiar di
telinga penonton. Oleh karena itu, saya berharap film ini bisa menjadi hiburan
audio visual yang inspiratif bagi penonton, juga menjadi bagian dari sejarah
perjalanan SLANK.
Catatan Penulis –
Cassandra Massardi
Sejarah menulis
dirinya sendiri.
Saat
Fajar menghubungi saya, mengajak untuk menulis film SLANK, tanpa berpikir
panjang saya langsung bilang "ya". Waktu itu saya kira Fajar mau
membuat film dokumenter dan butuh skenario. Ternyata Fajar mau membuat film
biografi SLANK, yang semula membuat saya skeptikal. SLANK adalah band yang begitu
besar dan sudah melegenda. Kita tumbuh, menjadi dewasa bersama lagu-lagu SLANK.
Slankers
dan
juga masyarakat Indonesia sangat kenal dan akrab bukan hanya dengan lagu-lagu
mereka, tapi juga kisah sukses mereka bersih dari narkoba. Semua kagum dengan
kekuatan Bunda Iffet. Apalagi yang harus diceritakan? Apa yang bisa diberikan
ke penonton Indonesia, yang tidak bisa kita dapatkan kalau kita buka wikipedia
SLANK dalam satu klik?
Setelah
saya bertemu sendiri dengan SLANK dan juga Bunda Iffet, kemudian melakukan
wawancara langsung dan diskusi dengan mereka, jawabannya ternyata… Sangat
banyak. Berbicara dengan SLANK dan mengenal mereka bukan hanya sebagai musisi
ataupun music icon, bukan untuk mengumpulkan data dan informasi, tapi untuk
mengerti… Apa yang bisa menjadikan SLANK seperti sekarang ini? Apa yang
sebenarnya mereka rasakan? Mereka takutkan? Mereka impikan? Apa yang membuat
SLANK menangis atau jatuh cinta?
SLANK
luar biasa. Bukan karena mereka manusia sempurna yang tidak pernah berbuat
salah. SLANK bukan sosok hero tanpa cacat atau bahkan penuh dengan pencitraan.
SLANK bisa saja dengan mudah menjadi sosok band-band legendaris internasional
yang berakhir dengan tragis, dan menjadi kisah yang berakhir dengan
"seandainya." Tapi SLANK memutuskan untuk tidak menjadi klise. Tidak
ada seandainya dalam SLANK. SLANK “berbuat”. Dan saya mendapat kehormatan untuk
menulis mengenai manusia-manusia luar biasa ini dalam bentuk sebuah skenario
film. Mari mengenal manusia-manusia di balik legenda.
Catatan Penulis Novel
– Moammar Emka
Merupakan
kehormatan besar bisa menulis novel SLANK. Sebenarnya ide untuk menulis tentang
SLANK sudah tercetus tiga tahun lalu. Tapi, karena berbagai hal, ide itu
mengendap diam. Sampai akhirnya, pak Parwez membuka kesempatan untuk
mengadaptasi film SLANK Nggak Ada Matinya ke dalam novel berdasarkan skenario
yang ditulis Cassandra Massardi. Dan, Alhamdulillah, meskipun tenggat waktu
yang diberikan kepada saya hanya seminggu, akhirnya saya bisa merampungkannya. Selamat
ulang tahun, SLANK. Teruslah berkarya!
Selamat ulang tahun,
Slankers.
Semoga berkenan
membaca.
Sinopsis
Slank
Bubar?
1996.
Abdee dan Ridho dipanggil SLANK untuk datang jamming bersama Bimbim dan Ivan.
Ternyata, SLANK yang ingin membuktikan bahwa SLANK tidak bubar walaupun
personil hanya sisa Bimbim, Kaka dan Ivan melakukan tur. Abdee dan Ridho pun
diajak, dan diberi persyaratan untuk bisa membawakan 35 lagu SLANK hanya dalam
waktu 3 hari! Tur keliling daerah pun dimulai, dan saat itulah dimulai
pertualangan SLANK dengan format baru. Kehidupan rock and roll, mereka bertemu
berbagai lapisan masyarakat, mengenal Indonesia, dan terutama.. mengenal diri
sendiri.
Formasi
baru SLANK dengan album TUJUH sukses besar, namun di saat itu pula
ketergantungan Bimbim, Kaka dan Ivan akan narkoba semakin kuat. Bunda Iffet,
bersama Abdee dan Ridho pun berusaha supaya Bimbim, Kaka dan Ivan bisa lepas
dari jerat narkoba, karena mereka semua yakin perjalanan SLANK masih panjang,
dan masih banyak yang bisa mereka lakukan untuk orang lain.
Tidak
ada yang bisa menghalangi SLANK untuk terus maju ke depan. Tidak narkoba, tidak
perpecahan. Selama semua dijalankan bersama-sama. Dengan sahabat. Dengan
keluarga. Dengan keluarga besar SLANK dan keluarga besar Indonesia. Selama
Republik ini masih berdiri, SLANK nggak bakal mati. SLANK Nggak Ada Matinya.
Piss!
Pemain dan Tim
Produksi
Bimbim
Adipati Dolken
Kaka
Ricky Harun
Ivanka
Aaron Ashab
Ridho
Ajun Perwira
Abdee
Deva Mahenra
Bunda
Iffet Meriam Bellina
Tascha
Olivia Jensen
Reny
Alisia Rininta
Penny
Chika Jessika
Ony
Mikha Tambayong
Putri
Sahila Hisyam
April
Kirana Larasati
Nita
Jessica Mila
Penampilan khusus
Bimbim
SLANK
Kaka
SLANK
Ivanka
SLANK
Ridho
SLANK
Abdee
SLANK
Bunda
Iffet
Nadine
Alexandra
Ringgo
Agus Rahman
Deddy
Mahendra Desta
Ingrid
Widjanarko
Epy
Kusnandar
Piyu
Ustad
Yusuf Mansur
Poppy
Sovia
Tora
Sudiro
Angelica
Simperler
Eza
Gionino
The
Changcuters
Hanung
Bramantyo
Lebih
dari 20.000 Slankers
Produser
Chand Parwez Servia
Sutradara
Fajar Bustomi
Produser
Eksekutif Riza
Fiaz
Servia
Reza
Servia
Mithu
Nisar
Produser
Lini Raymond Handaya
Penulis
Skenario Cassandra Massardi
Penata
Kamera Roby Herbi
Penata
Artistik Aek Bewava
Penyunting
Gambar Cesa David Luckmansyah
Penata
Musik SLANK
Penata
Suara Khikmawan Santosa
Perekam
Suara M Ichsan Rachmaditta
Penata
Videografis Capluk
Penata
Rias Joko Idris
Penata
Busana Poeti Fatimah
Penata
Casting Juandini Liesmita
Fotografer
Rezha PN
Perancang
Poster Michael Alfian
0 komentar:
Posting Komentar